KENDARI, KABARTERKINISULTRA.COM – Warga Desa Lalembue Jaya, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), ancam pemblokadean jalan hauling perusahaan pemurnian nikel PT Virtu Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS).
Rencana aksi penutupan jalan hauling tersebut, disampaikan oleh Kepala Desa Lalembue Jaya, Muksin saat ditemui awak media ini di salah satu rumah makan di Kota Kendari, Sabtu (16/12/2023).
Muksin mengatakan, wacana penutupan jalan hauling yang menggunakan jalan usaha tani Desa Lalembue Jaya, adalah murni aspirasi warganya, yang datang mengeluhkan soal asas manfaat atas keberadaan jetty atau terminal khusus (Tersus) milik perusahaan asal Cina itu.
Sebab, berdasarkan keluhan yang diterima dari warganya, bahwa sejak tahun 2016 pendirian tersus hingga sekarang, warga Desa Lalembue Jaya tidak pernah terlibat atau diberdayakan perusahaan. Mestinya masyarakat lingkar tambang harus mendapat perhatian lebih dari pihak perusahaan.
Namun yang terjadi, PT VDNI dan OSS yang menunjuk PT Satria Kurnia Sampara (SKS) selaku perusahaan yang mengatur di Jetty yang berada di Desa Lalembue Jaya, seolah-olah tidak berpihak ke masyarakat setempat. Buktinya, saat ini masyarakat tidak pernah dilibatkan ataupun dipekerjakan.
Padahal, sebelumnya PT VDNI dan OSS sudah berpesepakat, bahwa masyarakat Desa Lalembue Jaya akan diperdayakan, diberikan ruang, bagaimana masyarakat bisa mendapat pekerjaan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
“Masyarakat sudah memenuhi permintaan perusahaan, seperti bibir pantai tempat dimana nelayan mencari nafkah diberikan, lahan yang dibeli sesuai keinginan perusahaan juga diberikan warga, serta penggunaan jalan usaha tani untuk digunakan sebagai jalan hauling,” ujar Kepala Desa Lalembue Jaya yang baru menjabat setahun itu.
Tetapi, setelah masyarakat setempat penuhi kemauan perusahaan, yang juga dalam rangka mendukung keberadaan perusahaan, justru tidak ada timbal balik yang didapatkan masyarakat.
<span;>Bagaimana tidak, PT SKS disebut lebih memilih perusahaan bongkar muat (PBM) dari Konawe Utara (Konut), ketimbang memberikan ruang ke masyarakat Desa Lalembue Jaya.
Bayangkan, lanjut dia, dalam sebulan, kurang lebih empat kapal tongkang diberikan ke perusahaan diluar dari Desa Lalembue Jaya untuk melakukan pembongkaran.
“Mewakili masyarakat, kami sangat kecewa dengan PT VDNI dan OSS yang telah menunjuk PT SKS. Yang mana, selama ini masyarakat kami tidak pernah diakomodir untuk dipekerjakan,” ucap dia.
Maka dari itu, sesuai keinginan masyarakat, PT SKS diminta agar mengakomodir Koperasi Lalongguwuno Konawe Bersama (LKB) Desa Lalembue Jaya, dalam hal kepentingan bongkar muat ore nikel di Jetty.
Kemudian permintaan lainnya, berkaitan dengan keperluan pemerintah Desa Lalembue Jaya. Dan terakhir dia meminta perusahaan yang berada di Desa Lalembue Jaya juga harus diberikan ruang, apapun itu baik dalam bentuk bongkar muat maupun pengadaan kayu.
Tetapi, jika permintaan tersebut tidak juga diindahkan, maka masyarakat Desa Lalembue Jaya akan memblokade jalan usaha tani yang selama ini digunakan PT VDNI dan OSS untuk mengangkut ore dari Jetty menuju pabrik smelter yang berada di Kecamatan Morosi.
“Kasian masyarakat kami, mau mencari ikan sudah tidak bisa, mau bertani lebih-lebih. Jadi kalau permintaan kami tidak diamini, maka kami akan menutup jalan hauling untuk sementara, sampai ada kata sepakat. Lagi pula jalan usaha tani yang saat ini dilintasi PT VDNI dan OSS adalah aset desa,” tukasnya.
Editor: Anugerah
Komentar